Basukiswara Seda
PRABU BASUKISWARA HENDAK MENIKAHKAN RADEN BASUKETU
Prabu Basukiswara di Kerajaan Wirata dihadap Patih Wasita, Arya Srimadewa, Raden Basuketi, Raden Basuketu, dan para punggawa lainnya. Mereka sedang membicarakan rencana pernikahan antara Raden Basuketu dengan Dewi Walibrata, putri Arya Manungkara.
Pada saat itulah tiba-tiba Arya Manungkara datang menghadap dan melaporkan bahwa putrinya telah hilang diculik orang. Anehnya, si penculik sengaja meninggalkan surat tantangan bahwa Dewi Walibrata saat ini disekap di Hutan Keling dan akan dikembalikan apabila Arya Manungkara menyerahkan nyawanya sebagai tebusan. Surat tantangan tersebut ditandatangani oleh seseorang bernama Prabu Nagajaya dari Kerajaan Kopara yang ingin membalas dendam atas kematian Prabu Agniyara tempo hari.
Arya Manungkara mohon pamit untuk berangkat memenuhi tantangan tersebut. Namun, Prabu Basukiswara melarangnya karena ia harus mempersiapkan segala keperluan upacara pernikahan. Raden Basuketu pun mengajukan diri untuk mencari calon istrinya yang hilang itu, namun ia juga dilarang untuk berangkat. Karena Hutan Keling masuk wilayah Kerajaan Mandraka, maka Prabu Basukiswara mengirimkan surat perintah kepada Prabu Mandrakusuma untuk menangkap dan menghukum Prabu Nagajaya.
Setelah dirasa cukup, Prabu Basukiswara pun membubarkan pertemuan. Raden Basuketi lalu berangkat ke Kerajaan Mandraka untuk menyampaikan surat perintah ayahnya kepada Prabu Mandrakusuma agar segera menumpas Prabu Nagajaya dan membebaskan Dewi Walibrata.
PRABU MANDRAKUSUMA MENERIMA PERINTAH ATASAN
Raden Basuketi telah sampai di Kerajaan Mandaraka dan disambut ramah oleh Prabu Mandrakusuma, Resi Srimanasa, dan Patih Artadriya. Ia menceritakan peristiwa penculikan Dewi Walibrata putri Arya Manungkara, di mana si pelaku meninggalkan surat tantangan dengan mengaku bernama Prabu Nagajaya yang ingin membalas dendam atas kematian Prabu Agniyara.
Prabu Mandrakusuma sangat kesal mendengar berita itu karena Hutan Keling masuk ke dalam wiayah Kerajaan Mandraka yang ia pimpin. Sebagai raja bawahan, ia menyatakan bersedia melaksanakan tugas dari Prabu Basukiswara. Bersama Patih Artadriya, ia pun berangkat menyerbu Hutan Keling dengan membawa pasukan secukupnya. Raden Basuketi merasa penasaran. Ia tidak ingin duduk menunggu di istana Mandraka, tetapi ikut serta dalam rombongan tersebut menuju Hutan Keling.
USAHA MEMBEBASKAN DEWI WALIBRATA
Prabu Mandrakusuma, Raden Basuketi, dan Patih Artadriya beserta pasukan Mandraka telah memasuki Hutan Keling. Di sana mereka disambut pasukan raksasa dari Kerajaan Kopara yang dipimpin langsung oleh Prabu Nagajaya. Di antara para raksasa itu tampak Patih Kalabikswa yang dulu merupakan abdi Prabu Agniyara di Kerajaan Indrapura.
Rupanya setelah Prabu Agniyara tewas, Patih Kalabikswa melarikan diri dan bergabung dengan Prabu Nagajaya di Kerajaan Kopara. Adapun Prabu Nagajaya adalah saudara seperguruan Prabu Agniyara. Begitu mendengar saudaranya tewas, Prabu Nagajaya sangat marah dan berniat membalas dendam. Ia mendengar Prabu Basukiswara hendak menikahkan putra bungsunya, yaitu Raden Basuketu dengan Dewi Walibrata putri Arya Manungkara. Maka, untuk mengacaukan hajatan tersebut sekaligus membalas dendam, Prabu Nagajaya pun menculik Dewi Walibrata dan membawanya ke Hutan Keling.
Kini Prabu Mandrakumara dan Raden Basuketi telah datang menyerbu untuk membebaskan Dewi Walibrata. Mereka pun disambut amukan para raksasa gabungan dari Kerajaan Kopara dan Indrapura. Pertempuran sengit pun terjadi di hutan itu. Prabu Nagajaya sendiri turun tangan menghadapi Raden Basuketi dan Prabu Mandrakumara. Pasukan Mandraka yang berjumlah lebih sedikit tampak mulai kewalahan menghadapi para raksasa tersebut.
Pada saat itulah tiba-tiba datang Raden Basuketu dan Patih Wasita membawa pasukan Wirata yang segera menggabungkan diri dengan pihak Mandraka. Keadaan pun berubah telak. Pihak raksasa kini ganti menjadi pihak yang terdesak. Banyak dari mereka yang tewas berguguran dan kabur tak tentu arah. Prabu Nagajaya sendiri terluka namun berhasil melarikan diri.
Raden Basuketu lalu membebaskan Dewi Walibrata yang disekap di dalam sebuah gua kecil. Raden Basuketi bertanya mengapa adiknya itu melanggar larangan sang ayah untuk tidak ikut pergi ke Hutan Keling. Raden Basuketu menjawab bahwa ia merasa tidak enak hati sebagai calon suami Dewi Walibrata tetapi tidak berbuat apa-apa saat calon istrinya diculik orang. Maka, ia pun nekat meloloskan diri dari istana untuk kemudian bergabung menghadapi Prabu Nagajaya. Untungnya, Patih Wasita yang banyak pengalaman bersedia menemani keberangkatannya.
Raden Basuketi memaklumi perasaan adiknya. Ia lalu mengajak Raden Basuketu dan Dewi Walibrata kembali ke Kerajaan Wirata, sekaligus Prabu Mandrakusuma dan Patih Artadriya juga ikut serta.
PERNIKAHAN RADEN BASUKETU DAN DEWI WALIBRATA
Prabu Basukiswara dan Arya Manungkara menyambut kedatangan rombongan Raden Basuketi yang telah berhasil membebaskan Dewi Walibrata. Prabu Basukiswara sempat marah-marah kepada Raden Basuketu yang berani melanggar larangannya untuk tidak ikut pergi ke Hutan Keling. Untunglah segalanya kini telah berlalu, dan semua kini baik-baik saja.
Maka, pada hari yang ditentukan, Raden Basuketu dan Dewi Walibrata pun dinikahkan di istana Wirata. Hadir pula para raja bawahan Prabu Basukiswara, antara lain Prabu Mandrakusuma raja Mandraka, Prabu Maneriya raja Gandaradesa, Prabu Maheswara raja Medang Kamulan, Prabu Danadewa raja Gilingwesi, dan Prabu Rambana raja Pringgadani.
PRABU BASUKISWARA BERBURU DI HUTAN PANDEKI
Setelah acara pernikahan putra keduanya selesai, Prabu Basukiswara mengumpulkan segenap raja bawahan. Di antara mereka ada satu orang yang tidak hadir, yaitu Prabu Pratipa dari Gajahoya. Sejak peristiwa perang antara Kerajaan Wirata melawan Siwandapura belasan tahun silam, Prabu Pratipa tidak pernah lagi datang menghadap ke Wirata. Sepertinya ia mewarisi sakit hati ayahnya (Prabu Hastimurti) yang merasa lebih berhak atas takhta Kerajaan Wirata daripada Prabu Basukesti (ayah Prabu Basukiswara). Bahkan, saat ini terdengar pula kabar bahwa Prabu Pratipa sedang membangun istana baru di Hutan Kurujanggala yang lebih besar dan lebih megah daripada Gajahoya. Istana baru itu diberi nama Hastina, yang diambil dari nama mendiang ayahnya, yaitu Prabu Hastimurti.
Patih Wasita menawarkan diri untuk menyampaikan surat teguran kepada Prabu Pratipa, namun hal itu tidak disetujui Prabu Basukiswara. Sepertinya dalam hati Prabu Basukiswara ada perasaan segan kepada Prabu Pratipa. Meskipun secara silsilah Prabu Basukiswara terhitung paman, tetapi secara usia ia lebih muda daripada Prabu Pratipa.
Prabu Basukiswara lalu mengajak para raja bawahan untuk bertamasya dan berburu di Hutan Pandeki. Prabu Maneriya, Prabu Mandrakumara, Prabu Maheswara, Prabu Danadewa, dan Prabu Rambana mematuhi dan segera mempersiapkan segala keperluan masing-masing. Mereka lalu bersama-sama mendampingi sang raja Wirata menuju ke hutan perburuan.
Sesampainya di Hutan Pandeki, Prabu Basukiswara dan para raja bawahan segera memburu kijang, babi hutan, banteng, dan sebagainya. Tiba-tiba muncul seekor ular besar yang langsung menerjang dan menggigit bahu Prabu Basukiswara hingga raja Wirata itu terjatuh dari kudanya. Prabu Maneriya segera memanah ular tersebut. Seketika ular besar itu pun berubah wujud menjadi Prabu Nagajaya yang langsung menyerang Prabu Maneriya.
Patih Kalabikswa juga muncul dari persembunyian untuk membantu Prabu Nagajaya. Terjadilah pertempuran sengit di antara mereka. Prabu Rambana datang dan segera membantu Prabu Maneriya. Setelah bertempur cukup lama, Prabu Maneriya akhirnya berhasil membunuh Prabu Nagajaya, sedangkan Prabu Rambana berhasil membunuh Patih Kalabikswa.
Sementara itu, Prabu Mandrakusuma, Prabu Danadewa, dan Prabu Maheswara berusaha menolong Prabu Basukiswara yang semakin lemah akibat gigitan Prabu Nagajaya tadi. Mereka lalu bersama-sama membawa Prabu Basukiswara pulang ke istana Wirata.
PRABU BASUKISWARA MENINGGAL DUNIA
Sesampainya di istana, segenap anggota keluarga Kerajaan Wirata bersedih dan menangisi keadaan Prabu Basukiswara yang semakin parah. Para tabib berusaha memberikan pengobatan, namun racun yang disemburkan ular penjelmaan Prabu Nagajaya tadi telah menjalar ke seluruh tubuh. Dengan sisa-sisa tenaga, Prabu Basukiswara pun menyampaikan wasiat bahwa sepeninggal dirinya, hendaknya Raden Basuketi dilantik menjadi raja Wirata yang baru.
Demikianlah, setelah mewariskan takhta kepada putra sulungnya, Prabu Basukiswara akhirnya meninggal dunia. Setelah masa berkabung usai, Raden Basuketi dilantik menjadi raja Wirata yang baru menggantikan sang ayah, dengan bergelar Prabu Basuparicara.
------------------------------ TANCEB KAYON ------------------------------
0 comments:
Posting Komentar
Terima kasih jika anda mau untuk meninggalkan jejak anda dengan berkomentar di blog ini.